Tuesday, April 7, 2015

Tag:

Surat Tanggapan Atas Tulisan Sdr. Akbar Faisal

Surat Terbuka untuk Faisal Akbar ini, adalah balasan dari pesan instant messanger yang lolos ke publik, dan tentu saja menimbulkan kegemparan. Karena memberikan sedikit banyak apa dan bagaimana sesungguhnya kondisi yang terjadi di internal mantan Timses Jokowi dahulu.

Tentu saja, tulisan bernada sarkasme ini, adalah sebagai bentuk reaksi terhadap pernyataan Faisal Akbar yang cukup kontroversi tersebut. Berikut selengkapnya :

----
  

Yth. Sdr Akbar Faisal Anggota DPR RI Partai Nasdem,

Salam sejahtera! Membaca tulisan anda yang "akhirnya terbuka" untuk publik kepada Sdr. Yanuar Nugroho mengusik hati saya, sebagai salah satu rakyat Indonesia untuk memberikan tanggapan meskipun surat itu bukan ditujukan untuk saya.

Pertama, saya sungguh berterima kasih kepada anda, dimana telah sudi membongkar borok-borok di lingkungan anda sendiri pada saat Pilpres dulu. apa yang anda paparkan sungguh membelalakkan mata seluruh rakyat Indonesia (setidaknya saya), khususnya mengenai proposal "sedot data KPU" yang luar biasa itu. secara tidak langsung, anda telah membuktikan bahwa kecurangan Pilpres itu nyata adanya dan sangat terencana.

Tulisan anda seolah kritis, namun dengan bahasa yang menurut saya penuh emosi jiwa menggugat atas peran tiap-tiap individu tim pemenangan Jokowi-JK. Semua merasa punya andil besar dan berjasa dalam Pilpres kemarin. Sungguh, ini juga sebuah bukti nyata pepatah bahwa memang sejatinya tak ada makan siang yang gratis! Semua berlomba mendekat ke istana.

Surat Terbuka untuk Akbar Faisal

Saya meyakini uneg-uneg anda ini muncul menyambung puisi anda yang begitu mendayu penuh iba menjelang pengumuman kabinet dulu: "Kita berjalan bagai kereta yg bersisian melintas pekatnya malam; bagaimana mungkin kita tiba diujung jalan yang sama; rel yg terlintas dingin membeku; kudoakan engkau tiba lebih dahulu, kekasih; mungkin bisa kutemukan sisa kembang api pesta penyambutanmu" (19/10/2014).

Dan kini, ternyata sisa kembang api pesta penyambutan pun tak pernah anda temukan.
Jadi, jangan pernah mengira ucapan terima kasih di atas adalah bentuk salut saya pada anda. Bukan, bung! karena bagi saya, surat ini hanya membuktikan bahwa kalian semua hanyalah para pecundang pengejar jabatan. Jika boleh diibaratkan, layaknya serigala-serigala lapar yang bersatu saat berburu mangsa, tapi kemudian saling sikut dan saling sikat ketika menikmati hasil buruan. Karena bagi saya, ini hanya soal siapa yang duluan mendapat porsi lebih besar, itu saja. Malu lah pada slogan yang kalian buat sendiri bahwa memang tidak akan rebutan jabatan.

Menggugat mantan teman seperjuangan adalah boleh-boleh saja. Silahkan kalian tabuh genderang perang dan ribut sendiri. Jika perlu gunakan semua media sosial, biar kami menjadi penonton yang akan makin tahu adanya kecurangan kalian waktu Pilpres dulu.

Sdr. Akbar Faisal, saya ingin bertanya kepada anda, ada apa dengan Prabowo? Kenapa pula anda membawa-bawa namanya padahal kini beliau entah bertapa di belantara mana? Kenapa pula sebutan "prahara"; sebuah singkatan sinisme kalian dulu itu masih saja anda cantumkan dalam suratmu? Apakah anda memang masih kekurangan musuh? Di satu sisi anda mengecam kubu Luhut Binsar Panjaitan yang menurut anda tak mau berbagi kekuasaan, tapi sekaligus anda menabuh genderang perang pada kubu Prabowo yang tidak ada sangkut pautnya dalam masalah perebutan kekuasaan kalian!.

Menulis surat terbuka kepada mantan teman seperjuangan saja anda begitu manipulatif dan jauh dari kata jujur. sejak kapan rakyat pemilih Jokowi-JK melonjak jadi 63%? Kenapa anda menjadi begitu pongah berhalusinasi terlalu jauh, bung? Padahal presidenmu itu, melalui tim yang anda banggakan dan yang anda katakan dalam surat anda, hanya mampu SEDOT DATA KPU tipis, yaitu 53,15 persen saja.

Terakhir, dalam surat tanggapan ini, saya tidak berharap tanggapan balik dari anda. Bukan itu! Saya hanya ingin anda merenung, bahwa negeri ini butuh perbaikan sesegera mungkin. Bahwa rakyat ini butuh kepastian hukum dan kesejahteraan untuk dapat hidup lebih bermartabat lagi. Bukan tontonan-tontonan yang justeru dapat membangkitkan kemarahan seluruh rakyat Indonesia! Demikian dan terima kasih.

Jakarta Selatan, Senin, 6 April 2015
Taryono Aji
Direktur PT. Rimba Jati Persada
Kader Jaringan Merah Putih
Aktif di Jumasip, Wedangan 200