Saturday, February 13, 2016

Tag: ,

Surat Cinta untuk Pendukung LGBT

Surat Cinta - Kontroversi mengenai kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) di negeri ini terus mencuat. Indonesia seakan menjadi negeri yang begitu mudah dibenturkan dengan isu-isu sesaat. Kehadiran sosial media juga mempermudah tercetusnya perdebatan kusir.
 
Beberapa kalangan memanfaatkan hal ini untuk semakin 'memperkenalkan' brand LGBT ini. Bermula dari kemunculan forum diskusi kaum LGBT Support Group and Resource Center On Sexuality Studies (SGRC) di Kampus Universitas Indonesia (UI) beberapa waktu yang lalu, isu tersebut kini terus bergulir.
 
Kaum LGBT dan pendukungnya seakan menemukan momen untuk memperoleh pengakuan. Lebih dari itu, terlihat pula gerakan dan pemikiran yang mengarah pada pengakuan secara konstitusi. Kondisi ini terus terang telah membuat banyak pihak gerah. Salah satunya, Dosen Komunikasi dari Unisba Bandung Guntara Nugraha Adiana Poetra yang menuliskan Surat Cinta untuk Pendukung LGBT sebagaimana diterbitkan di laman Republika Onilne.
 
Dan secara khusus ia menohok salah satu dedengkot Islam Liberal tanah air. Walaupun tak menyebutkan nama secara langsung, surat terbuka ini merupakan respon terhadap twit provokatif Ulil di sosial media Twitter.
 
Berikut petikan surat terbuka kepada para pendukung LGBT :  
 
Surat Cinta untuk Pendukung LGBT

Ada yang bilang; Kenapa Tuhan tidak langsung mengazab negeri-negeri yang menolerir LBGT?
 
Jawabnya mudah saja. Tak usah bimbang. Apalagi terpancing emosi, kemudian menjadi gagal fokus. Terus kejarlah cita-cita dan harapan Anda saja!

Dalam banyak kesempatan, kita sering kali menghabiskan waktu meladeni perkataan tak popular. Ucapan yang berasal dari sebagian orang yang justru dijadikan rujukan dan kebanggaan. Tapi yakin saja, pengikutnya hanya secuil saja. Mudah-mudahan Anda tidak termasuk.

Ibaratnya seperti seorang tukang parkir pertigaan atau perempatan jalan yang nekat menghentikan puluhan kendaran yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Hanya karena satu atau beberapa mobil yang hendak menyimpang, sang tukang parkir itu sesungguhnya hanya berharap dapat uang recehan saja. Jadi tak usah peduli omongan orang, apa saja dihalalkan yang penting hajat terlampiaskan.

Pernahkah Anda memperhatikannya?


Begitu pula orang-orang yang suka mengotak-ngatik kesakralan isi Alquran. Mereka itu seolah-olah menjadi pakar sejarah. Mereka berani melakukannya bukan karena mereka hebat dan hafal Alquan. Sekali-kali mereka tidaklah demikian. Namun sesungguhnya, ada maksud lain yang belum terlampiaskan saja. Pernahkah Anda memperhatikannya?

Hukuman di era global memang tidak selalu dengan turun hujan batu, ditenggelamkan, disambar petir, dikutuk jadi kera, babi, datang burung ababil dan sejenisnya. Padahal, percayalah, hal demikian itu sebenarnya sangatlah mudah bagi Allah yang Maha Perkasa.

Perhatikan saja wajah-wajah yang "mungkin" sudah menarik perhatian Anda itu. Adakah aura yang memancar dari wajah-wajah mereka? Cahaya akan memudar dari pelaku penyimpangan dan para pembelanya. Pada hari kiamat, kegelapan wajah mereka akan kian disempurnakan. Adapun kalangan beriman dan pelaku kebajikan -- yang sekalipun berkulit hitam legam -- mereka itu laksana purnama yang membuat iri para durjana nan durhaka.

Ah, biarkan saja mereka berkicau. Toh, siapa yang mampu memberi petunjuk selain Allah kepada orang yang hanya gemar menyembah hawa nafsu. Mereka itu memiliki pendengaran, mata dan hati yang telah tertutup dan terkunci. Mau apa lagi?

Doakan saja supaya mereka diberi hidayah, bertaubat dan husnul khatimah. Rasanya, tiada yang tak mungkin bagi Allah. Begitu luas ampunan dan rahmat-Nya bagi mereka yang tersadar. Namun jika tidak berhenti maka pasti ada ketetapan Tuhan akan terjadi sebagaimana yang sudah diperlihatkan kepada umat sebelum kita. Demikian namanya sunnatullah.

Penciptaan manusia tidak lebih dahsyat dari penciptaan alam semesta, adakah kita mengambil pelajaran? ''Dan tidaklah sama orang yang buta (الاعمى) dengan orang yang melihat (البصير),'' (QS. Ghafir: 58).

Memaknai firman Tuhan memang tidak bisa diartikan secara harfiah. Di balik itu, sebenarnya sungguh banyak pesan berharga. Tidakkah kita memperhatikan bagaimana Alquran membandingkan antara orang yang melihat (Bashir) dan orang buta (A'maa).

Maksud bashir, abshar, mubshir maupun bashair ialah mereka yang dianugerahkan ilmu yang dengannya ia bisa membedakan antara hak dan batil. Sekalipun ia buta secara fisik atau berkebutuhan khusus, tapi sesungguhnya mereka tetap melihat.

''Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi (Al Abshar).'' (QS. Shaad: 45)   

''Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari syaitan, merekapun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya) (Mubshirun).'' (QS. Al A’raaf: 201)

Alquran ini adalah pedoman (bashair) bagi manusia. Kitab suci ini sekaligus juga menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. Al Jatsiyah: 20)

Adapun A'maa, bukan buta matanya. Bisa jadi ia normal, berpenampilan menarik, berstatus sosial, bahkan berpendidikan tinggi, namun buta mata hatinya. Akibatnya ia mengalami kesulitan membedakan hak dan batil, bahkan seringkali mencampuradukkannya.


Keintelektualan seseorang seharusnya menjadi sarana memahami agama Allah yang penuh kemudahan serta menjadikan lebih dekat denganNya, bukan menjadi pembantah hebat.

Agama yang lurus bukan penuh kerancuan, jika akal benar-benar difungsikan, maka tabir yang tersembunyi bisa terkupas, bukan dengan dugaan, doktrin, apalagi dogma semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ''Agama itu mudah, agama yang disenangi Allah (ialah) yang benar lagi mudah.'' (HR. Bukhari).
Sabda Nabi tersebut senada dengan firman Allah Ta’ala di surat Al Hajj ayat 78,''Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan''

Secara fitrah, manusia mengetahui siapa yang telah menciptakan alam semesta beserta aksesorisnya, jika setiap orang ditanya demikian maka jawabannya: Allah!

''Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", Niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". (QS. Az Zukhruf: 9)

Setiap insan tahu betapa rapuh dirinya, kecuali yang tidak mengenal fitrahnya. Ia akan sulit utnuk menyadarinya. Tatkala mendapat musibah, manusia akan mengadu kepada Tuhan. Begitu juga para Nabi mengadukan segala keluh kesah dan memohon segala sesuatunya hanya kepada Allah Ta’ala.

Kami cukupkan surat cinta ini dengan firman-Nya sebagai jawaban terbaik;
''Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka, dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (QS. Al Anfal: 33)

Maka mengapa kita tidak juga mengambil pelajaran?













Guntara Nugraha Adiana Poetra, Lc, MADosen Komunikasi & Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung/UNISBA
Tag : Surat Cinta untuk Pendukung LGBT